BPS Ungkap Penyebab Deflasi 5 Bulan Beruntun
Pajak.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) ungkap penyebab terjadinya deflasi di Indonesia selama 5 bulan beruntun dari periode Mei-September 2024.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa, secara historis deflasi September 2024 merupakan deflasi terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam lima tahun terakhir, dengan tingkat deflasi sebesar 0,12 persen.
“Sepanjang tahun 2024, terjadi deflasi berturut-turut pada bulan Mei hingga September,” kata Amalia dalam konferensi pers dikutip Pajak.com pada Rabu (2/10).
Amalia menjelaskan bahwa, dalam lima bulan terakhir, komoditas daging ayam ras masuk dalam lima besar komoditas utama yang menyumbang andil deflasi, dengan tingkat deflasi dan andil deflasi September 2024 sebesar 1,18 persen dan 0,02 persen.
Deflasi yang terjadi dalam lima bulan terakhir, secara umum disumbang oleh penurunan harga komoditas bergejolak.
Adapun, kelompok makanan, minuman, dan tembakau kembali menjadi kelompok utama penyumbang deflasi, dan deflasi pada 2024 terjadi dalam enam bulan berturut-turut.
Deflasi kelompok ini pun terjadi di setiap bulan September dari tahun 2020 hingga 2024, kecuali pada September 2023. Tingkat deflasi September 2024 kelompok makanan, minuman dan tembakau merupakan deflasi September terdalam sepanjang 2020-2024 dengan tingkat deflasi sebesar 0,59 persen dan andil deflasi sebesar 0,17 persen.
Selain kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang menjadi biang kerok dalam deflasi Indonesia, BPS mencatat komoditas bensin dan solar juga salah satu penyumbang deflasi pada September 2024, dengan tingkat deflasi masing-masing sebesar 0,72 persen dan 0,74 persen.
Menurut Amalia, Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mengalami penurunan harga pada bulan September 2024 merupakan Bahan Bakar Khusus/nonsubsidi dengan TMT 1 dan 2 September 2024. Penurunan harga bensin menyumbang deflasi dengan andil sebesar 0,04 persen. Tingkat deflasi bensin pada September 2024 merupakan tingkat deflasi terdalam sejak Desember 2023.
Jika dilihat dari sebaran inflasi bulanan menurut wilayah, sebanyak 24 provinsi dari 38 provinsi Indonesia mengalami deflasi. Deflasi terdalam 0,92 persen terjadi di Papua Barat. Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Maluku Utara sebesar 0,56 persen.
Comments