BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2025 Bakal Dibayangi Kebijakan Tarif Trump
Pajak.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan sedikit tertahan, salah satunya akibat dampak kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Meski konsumsi rumah tangga dan ekspor masih tumbuh, faktor global dinilai bisa menjadi penekan laju pemulihan ekonomi nasional.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 tercatat sebesar 4,87 persen secara tahunan (year on year/yoy), melambat dibandingkan kuartal IV-2024 yang mencapai 5,02 persen. “Perkembangan ini dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi domestik dan kinerja ekspor,” ujar Ramdan dalam keterangan resminya, dikutip Pajak.com pada Rabu (7/5/25).
BI memperkirakan pertumbuhan sepanjang 2025 akan sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7–5,5 persen. Ramdan menilai tekanan eksternal seperti kebijakan tarif dari AS, bisa berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian Indonesia.
“Ke depan, pertumbuhan ekonomi 2025 diprakirakan sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5 persen yoy dipengaruhi oleh dampak langsung dan tidak langsung kebijakan tarif AS,” jelas Ramdan.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 masih didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,89 persen yoy. Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat selama libur tahun baru dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.
Investasi juga tumbuh sebesar 2,12 persen yoy sejalan dengan realisasi penanaman modal yang tetap positif. Namun, konsumsi pemerintah justru terkontraksi 1,38 persen yoy, menyusul normalisasi belanja pasca Pemilu yang menyebabkan lonjakan anggaran pada awal 2024. Konsumsi dari Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tetap mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,07 persen yoy.
Sementara itu, ekspor mengalami pertumbuhan sebesar 6,78 persen yoy. Kinerja ini ditopang oleh permintaan dari mitra dagang utama dan meningkatnya ekspor jasa, terutama dari sektor pariwisata, seiring tumbuhnya kunjungan wisatawan mancanegara.
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan kuartal I-2025 ditopang oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, serta transportasi dan pergudangan. Momen Ramadan dan HBKN menjadi katalis positif bagi permintaan domestik, sementara permintaan global juga menunjukkan peningkatan.
LU pertanian juga mencatat pertumbuhan, didukung panen raya padi dan jagung. Secara spasial, wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi tercatat di Sulawesi, Maluku, Papua, disusul oleh Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Balinusra.
Comments