Bahlil Janji Genjot “Lifting” Migas untuk Pendapatan Negara
Pajak.com, Jakarta – Bahlil Lahadalia resmi dilantik sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang baru, menggantikan Arifin Tasrif di Kabinet Indonesia Maju periode tahun 2019–2024. Pelantikan ini dilakukan oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (19/08).
“Bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darmabakti saya kepada bangsa dan negara. Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab,” ucap Presiden Jokowi mendiktekan sumpah jabatan yang diikuti oleh Menteri Bahlil dan pejabat lainnya yang dilantik.
Tugas Berat Tingkatkan “Lifting” Migas
Usai dilantik, Bahlil menegaskan akan fokus tingkatkan lifting minyak dan gas bumi (migas) pada sisa masa kerja yang tinggal dua bulan atau hingga Oktober 2024. Ia berkomitmen melanjutkan langkah-langkah yang sudah dilakukan Arifin dalam optimalisasi peningkatan lifting migas, sesuai perintah Presiden Jokowi dan presiden terpilih Prabowo Subianto.
Bahlil, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menggarisbawahi pentingnya percepatan dalam mengoptimalkan potensi dan produksi sumber daya alam untuk meningkatkan pendapatan negara, serta menciptakan lapangan pekerjaan.
“Bapak Presiden atas arahannya untuk melakukan beberapa langkah-langkah dalam rangka percepatan, terutama dalam mengoptimalkan potensi dan produksi sumber daya alam kita, dalam rangka meningkatkan pendapatan negara, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan,” kata Bahlil kepada awak media, dikutip Pajak.com, Rabu (21/08).
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyoroti rendahnya lifting migas yang dicapai oleh Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Menurut Sri Mulyani, realisasi lifting migas yang lebih rendah dari target dalam APBN 2024 telah berdampak pada penerimaan negara, baik dari sektor perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Hingga Juni 2024, lifting minyak rata-rata hanya mencapai 576.100 barel per hari, sementara target dalam APBN 2024 adalah 635.000 barel per hari. Untuk lifting gas, rata-rata produksinya mencapai 946.600 barel setara minyak per hari pada semester pertama 2024, sedangkan targetnya adalah 1,03 juta barel setara minyak per hari.
Padahal, menurut data dari APBN 2024 yang disampaikan Presiden Jokowi dalam sidang paripurna DPR pada 16 Agustus 2024, pemerintah menargetkan lifting minyak sebesar 635 ribu barel per hari dan lifting gas bumi sebesar 1,33 juta barel setara minyak per hari. Sementara pada RUU APBN 2025, target lifting minyak untuk tahun depan adalah mencapai 600 ribu barel per hari, sementara lifting gas bumi ditargetkan mencapai 1,005 juta barel setara minyak per hari. Dengan adanya penekanan pada percepatan ini, diharapkan pencapaian target lifting akan meningkat dan berdampak positif terhadap penerimaan negara serta stabilitas ekonomi.
Sebagai Menteri ESDM, Bahlil memang memiliki tugas berat untuk meningkatkan lifting migas dan memastikan keberlanjutan proyek-proyek strategis di sektor energi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui optimalisasi pendapatan dan belanja negara yang berkualitas.
Dengan latar belakangnya yang kuat di bidang investasi, Bahlil juga diharapkan dapat mengintegrasikan kebijakan energi dengan strategi investasi yang efektif, sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, Kementerian ESDM memiliki peran penting untuk menyediakan energi yang bersih, menjaga ekonomi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber alam yang ada. Pasalnya, di tengah pertumbuhan konsumsi migas, Indonesia dihadapkan dengan produksi minyak yang terus mengalami penurunan.
Sebelumnya, Kementerian ESDM dalam naungan Arifin telah berupaya mengoptimalkan sumber yang ada dan penemuan baru dengan memanfaatkan teknologi dan perbaikan tata kelola. Namun, kementerian ini masih memerlukan langkah-langkah peningkatan efisiensi agar dapat mengurangi impor sekaligus mengurangi beban subsidi.
Sebagai catatan, Indonesia saat ini telah memperoleh anugerah berupa ditemukannya sumber-sumber gas yang baru, seperti Gang North yang diproyeksi akan mulai berproduksi tahun 2027–2028. Kemudian percepatan Blok Andaman sebelum 2030 bisa berproduksi, serta Blok Masela yang terus dikebut agar dapat berproduksi pada 1 Januari 2030. Untuk itu, pelantikan Bahlil Lahadalia sebagai Menteri ESDM baru ini diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam sektor energi dan sumber daya mineral, serta memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan pendapatan negara.
Comments