Menu
in ,

AS Selidiki Dampak TikTok terhadap Kesehatan Mental

Pajak.com, Amerika Serikat – Delapan negara bagian Amerika Serikat (AS) berkolaborasi untuk melakukan penyelidikan terkait dampak yang ditimbulkan TikTok pada kesehatan generasi milenial, baik secara fisik ataupun kesehatan mental. Penyelidikan juga akan menganalisis keterlibatan perusahaan dalam menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap generasi muda. Adapun penyelidikan dipimpin oleh koalisi bipartisan dari jaksa agung yang berasal dari California, Florida, Kentucky, Massachusetts, Nebraska, New Jersey, Tennessee, dan Vermont.

“Penyelidikan berfokus, antara lain, pada metode dan teknik yang digunakan oleh TikTok untuk meningkatkan keterlibatan pengguna muda, termasuk meningkatkan durasi waktu yang dihabiskan di platform dan frekuensi keterlibatan dengan platform,” ungkap Jaksa Agung Massachusetts Maura Healey dalam keterangan resmi yang dilansir dari Reuters, (4/3).

Dalam laporan yang dikeluarkan oleh We Are Social pada 2022, TikTok menjadi aplikasi yang masuk dalam lima teratas pengguna paling banyak secara global. Anak usaha milik ByteDance (perusahaan asal Tiongkok) itu juga berada pada urutan pertama sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh.

Secara spesifik, riset yang dilakukan Omnicore pada 2021 menunjukkan, 50 persen pengguna TikTok tergolong dalam kategori usia 34 tahun ke bawah, sementara 32,5 persennya berasal dari usia 10 tahun–19 tahun. Dengan fakta ini, sudah seharusnya TikTok melakukan pembatasan fitur berdasarkan usia.

Sebelumnya, pada awal Februari 2022, TikTok telah mengungkapkan, perusahaan tengah membangun standar penilaian untuk membatasi konten berdasarkan usia, sehingga konten dewasa tidak akan bisa dijangkau oleh para remaja. TikTok memastikan, sangat fokus pada keselamatan pengguna yang didominasi oleh generasi milenial.

“Kami berharap dapat memberikan informasi tentang banyak perlindungan keamanan dan privasi yang kami miliki untuk remaja,” kata TikTok dalam pernyataan resmi.

Selain TikTok, AS juga tegah melakukan penyelidikan terhadap anak perusahaan Meta Platforms Inc, yakni Instagram. Aplikasi itu pun mendapat pengawasan ketat atas potensi dampak layanan terhadap kesehatan mental dan keamanan pengguna generasi milenial.

Presiden AS Joe Biden sempat membahas masalah kerusakan media sosial (medsos) ini dalam pidato kenegaraannya di depan kongres, (1/3). Ia mengungkap, masalah anak-anak semasa pandemi adalah berjuang untuk eksis di pelbagai aplikasi medsos.

“Kita harus meminta pertanggungjawaban platform media sosial atas eksperimen nasional yang mereka lakukan pada anak-anak kita untuk mendapatkan keuntungan. Sudah waktunya untuk memperkuat perlindungan privasi, melarang iklan bertarget menyasar anak-anak, menuntut perusahaan teknologi berhenti mengumpulkan data pribadi tentang anak-anak kita,” tegas Biden.

Ia mengumumkan, AS akan mengalokasikan 5 juta dollar AS (sekitar Rp 71,9 miliar) dalam anggaran 2023 untuk meneliti bahaya kesehatan mental penggunanya. Biden juga mengatakan, departemen kesehatan dan layanan kemanusiaan AS juga akan meluncurkan pusat keunggulan nasional media sosial dan penyakit mental pada tahun depan. Hal itu demi mengembangkan dan mendistribusikan panduan baru tentang dampak penggunaan medsos bagi milenial.

Sejatinya, kekhawatiran dunia terhadap tren medsos bukan tanpa alasan. Mengutip PsyPost, studi yang diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health mengungkap, terjadi penurunan kerja memori pada orang dengan kecenderungan kecanduan TikTok. Penurunan kinerja memori ini sebagian disebabkan oleh peningkatan depresi dan kecemasan.

Salah satu penulis studi itu, Peng Sha dan Xiaoyu Dong, menjelaskan, penelitian dihasilkan dari kuesioner yang dibagikan kepada 3.036 siswa sekolah menengah atas (SMA) di Tiongkok. Mereka merupakan pengguna TikTok aktif dan pasif. Kemudian, siswa itu menjalankan sejumlah tes untuk mengukur depresi, kecemasan, stres, dan kerja memori. Hasilnya, siswa yang memiliki kecenderungan kecanduan TikTok memiliki skor yang buruk untuk tes kerja memori. Mereka juga memiliki skor yang lebih tinggi terhadap depresi, kecemasan, dan stres.

Di Indonesia, terdapat contoh kasus yang diduga diakibatkan oleh TikTok. Di akhir 2021, pihak kepolisian mengungkap, seorang pria berinisial SS mempertontonkan aksi bunuh diri secara langsung (live) di TikTok. Kepolisian menemukan jasad korban di rumah susun (Rusun) di Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version