in ,

Korsel dan Cina Siap Bangun Pabrik Baterai EV di Indonesia, Investasi Capai Rp 80 Triliun

Korsel dan Cina Bangun Pabrik Baterai
FOTO: IST

Korsel dan Cina Siap Bangun Pabrik Baterai EV di Indonesia, Investasi Capai Rp 80 Triliun

Pajak.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia terus menggenjot pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) di Tanah Air dengan mendatangkan investasi besar dari luar negeri. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani menyatakan bahwa, saat ini sudah ada pembicaraan yang hampir rampung dengan dua perusahaan besar dari Korea Selatan (Korsel) dan Cina untuk bangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia.

“Tapi ini adalah perusahaan Korea dan Cina dan mungkin dalam waktu 1-2 bulan ini kita sudah rampung (pembicaraan) sehingga kebijakan itu bisa kita implementasi,” ujar Rosan kepada awak media dikutip pada Rabu (16/10).

Rosan mengungkapkan bahwa nilai investasi yang akan digelontorkan hampir mencapai Rp 80 triliun atau setara dengan 5,5 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Menurutnya, investasi ini tergolong signifikan dan akan mendukung pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.

Baca Juga  Prospek Pasar Modal Indonesia 2025

“Jadi ini investasinya sangat signifikan dan tentu ada dua ya. Kita juga akan kerja sama dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) kita, dengan PT Aneka Tambang (Antam),” jelasnya.

Investasi ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat hilirisasi industri di Indonesia. Hilirisasi di sektor pertambangan telah lama menjadi fokus utama pemerintah, terutama karena Indonesia memiliki cadangan sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah.

“Kebetulan dari realisasi ini kita mempunyai keunggulan tersendiri karena raw material-nya seperti nikel, bauksit, mangan,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rosan menekankan bahwa hilirisasi telah menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian Indonesia, tidak hanya melalui pemanfaatan SDA, tetapi juga melalui pembangunan industri turunan yang mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.

“Kita bangun ekosistem yang dari hulu ke hilirnya sehingga beberapa investasi yang masuk seperti yang saya sampaikan ini yang dalam finalisasi juga bergerak tidak hanya di bidang hilirisasi saja tapi kita ingin bangun industri-industrinya sekarang,” terang Rosan.

Baca Juga  Kejar Target Investasi Rp1.650 Triliun, Pemerintah Minta Perusahaan Segera Lapor LKPM

Ia juga menambahkan bahwa pemerintah ingin memperluas penggunaan hasil hilirisasi ini ke sektor-sektor lain, seperti peralatan rumah tangga dan kebutuhan medis.

Rosan mencontohkan bahwa di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, yang sebelumnya fokus pada pengolahan nikel menjadi stainless steel, kini pemerintah berencana untuk mengembangkan industri turunan lainnya. “Jadi kita bisa bangun nanti industri-industri peralatan rumah tangga atau jarum suntik dan lain-lainnya. Nah ini next step-nya yang kita bangun sehingga kembali lagi value added-nya penyerapan tenaganya terus berjalan,” katanya.

Realisasi Investasi Hilirisasi Mencapai Rp 272,91 Triliun

Total realisasi investasi di sektor hilirisasi selama periode Januari hingga September 2024 mencapai Rp 272,91 triliun. Ini mencakup 21,6 persen dari total realisasi investasi di Indonesia selama periode tersebut. Sektor mineral menjadi kontributor terbesar dengan total investasi mencapai Rp 170,78 triliun.

Baca Juga  SMF Gelontorkan Rp1,5 Triliun ke Bank Mandiri Taspen untuk Pembiayaan Perumahan Pensiunan

Di sektor mineral, smelter nikel menjadi penyumbang terbesar dengan nilai investasi sebesar Rp 113,77 triliun, diikuti oleh smelter tembaga sebesar Rp 45,72 triliun, dan smelter bauksit yang mencapai Rp 10,79 triliun. Sementara itu, investasi untuk smelter timah tercatat sebesar Rp 0,5 triliun.

Selain itu, sektor pertanian juga mencatat realisasi investasi yang signifikan, khususnya di industri CPO (Crude Palm Oil)/oleokimia yang mencapai Rp 44,09 triliun. Sektor kehutanan, melalui industri pulp dan kertas, menyumbang Rp 33,72 triliun.

Investasi di sektor minyak dan gas pun tak ketinggalan, dengan industri petrokimia menyumbang Rp 17,46 triliun. Sedangkan ekosistem kendaraan listrik, yang mencakup pembangunan infrastruktur baterai EV, mendapat suntikan investasi sebesar Rp 6,86 triliun.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *