Menu
in ,

3 Strategi Tingkatkan Instrumen Keuangan Berkelanjutan

Pajak.comJakarta – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo membuka seminar “Scaling up the Utilization of Sustainable Financial Instruments” yang menyoroti isu pengembangan keuangan berkelanjutan (sustainable finance), sebagai salah satu dari enam agenda prioritas di jalur keuangan Presidensi G20 Indonesia 2022. Dalam sesi Leader’s Insight, Perry memaparkan tiga strategi untuk meningkatkan Sustainable Finance Instrument (SFI).

Pertama, pentingnya mengembangkan instrumen keuangan dan investasi hijau untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

“Hal ini dapat menjadi sumber pertumbuhan baru, perluasan tenaga kerja dan mendukung pencapaian Paris Agreement 2030,” kata Perry secara virtual, dikutip Pajak.com, Sabtu (19/2).

Kedua, pentingnya membangun ekosistem instrumen keuangan berkelanjutan yang dapat diwujudkan dengan dukungan semua pihak terkait. Di antaranya melalui kebijakan insentif maupun disinsentif; membangun infrastruktur yang resilien; termasuk elemen penting lainnya seperti taksonomi hijau, jasa verifikasi, lembaga sertifikasi hijau, dan penyedia pemeringkatan hijau.

“Bank Indonesia bersama pemerintah akan turut mengambil peran dalam pengembangan ekosistem hijau di Indonesia melalui kebijakan dan dukungan instrumen pasar uang hijau, pembiayaan hijau dan inklusif untuk UMKM, serta ekonomi dan keuangan syariah yang berkelanjutan,” ujarnya.

Ketiga, program pembangunan kapasitas dan bantuan teknis berkelanjutan menjadi hal penting dalam meningkatkan pemahaman dan keahlian seluruh pihak. Perry mengutarakan, keberhasilan pengembangan SFI akan ditentukan oleh ketangguhan kolaborasi, kebersamaan, dan saling mendukung antar seluruh pemangku kepentingan.

Ia menambahkan, kolaborasi bersama antara pemerintah dan otoritas dipandang penting untuk terus ditingkatkan untuk membangun ekosistem guna menjaga kontinuitas SFI di pasar dalam jangka panjang.

“Ke depan, kolaborasi lembaga keuangan dengan pemerintah serta BI dan OJK akan lebih aktif mempromosikan pembiayaan dan instrumen pasar keuangan yang memerhatikan aspek Environmental, Social and Governance (ESG),” imbuhnya.

Perry juga menyatakan apresiasi bahwa Sustainable Finance Working Group G20 telah saling bekerja sama dengan fokus mengembangkan SFI—termasuk mengatasi berbagai tantangan penerapannya—untuk mendukung ekonomi hijau dan berkelanjutan.

Isu pengembangan keuangan berkelanjutan juga dihadirkan di dua diskusi panel Casual Talk. Pada diskusi panel pertama yang mengusung subtema “Strategic Outlook (Global Trends, International SFI Best Practice, and ESG Portfolio Management)”, dipaparkan berbagai alternatif instrumen berkelanjutan yang tersedia di pasar internasional seperti obligasi hijau, obligasi berkelanjutan, dan sustainable linked bond.

Ada lagi instrumen pasar uang seperti negotiable certificate of deposit dan repo; serta KPI linked derivative instruments yang seluruh produknya mengintegrasikan aspek hijau, sosial, dan berkelanjutan. Sementara diskusi panel kedua bertema “Green and Sustainable Instruments as Alternative Financing and Investment & Indonesia’s SF Future Direction”, berfokus pada arah adopsi SFI di Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan dukungannya terhadap implementasi SFI melalui Indonesia Green Taxonomy dan kerangka kerja regulator terkait carbon exchange. Dari sisi perbankan, menyampaikan strategi dalam mengimplementasikan SFI dengan menerbitkan obligasi dan pembiayaan berkelanjutan dengan penggunaan dana untuk membiayai proyek hijau dan pasar UMKM.

Selain itu, terdapat pemaparan perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai lanskap dan inisiatif pasar modal untuk mendukung ekosistem SFI, di antaranya dengan pengembangan indeks hijau dan berkelanjutan. Perhelatan ini diselenggarakan melibatkan mitra strategis Perbanas dan B20 serta pihak lainnya, bertujuan mendorong pendalaman pasar keuangan berkelanjutan domestik.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version