Menu
in ,

LPEM FEB UI: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 6,7 Persen

Pajak.com, Jakarta – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 (April-Juni) berada dikisaran 6,2 persen sampai 6,7 persen. Perkiraan itu lebih rendah dari proyeksi pemerintah yang mencapai 7 persen. Sementara, sepanjang tahun 2021, pertumbuhan ekonomi diprediksi 3,2 persen hingga 3,9 persen—sebagai dampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

“Walapun masih berada dalam wilayah negatif, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) Indonesia berada dalam titik terdekatnya ke area positif sejak merebaknya pandemi, yaitu minus 0,74 persen. Kami memperkirakan Indonesia akan keluar dari resesi pada kuartal II-2021. Indonesia mengalami kontraksi yang lebih rendah setelah mencapai titik terburuknya di kuartal II-2020,” jelas ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky kepada Pajak.com, pada Rabu (4/8).

Proyeksi pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh beberapa indikator, diantaranya aktivitas ekonomi meningkat pada kuartal II-2021 yang dipengaruhi oleh pelonggaran peraturan pembatasan sosial; berbagai stimulus pemerintah; kinerja kredit yang meningkat signifikan, terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi.

“Pertumbuhan positif pada kredit konsumsi dan akselerasi inflasi inti menunjukkan daya beli mulai pulih, meski konsumen masih enggan berbelanja. Konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sebesar 2,24 persen selama tiga bulan di 2021,” jelas Riefky.

Kemudian, alumnus Universitas Warwick Inggris ini mengatakan, surplus transaksi berjalan diperkirakan masih berada di wilayah negatif atau tidak jauh dari kinerja pada kuartal I-2021. Sebab, surplus perdagangan barang lebih kecil dan defisit perdagangan jasa masih berlanjut.

“Indonesia terus mencatatkan surplus perdagangan selama 13 bulan berturut-turut sejak Mei tahun lalu. Namun, Indonesia tidak lagi menikmati surplus sejak awal 2021 dengan berlanjutnya defisit transaksi berjalan sebesar 0,36 persen dari PDB pada kuartal I-2021,” kata Riefky.

Di sisi lain, LPEM FEB UI mencatat, impor barang mentah dan barang modal akan mulai pulih pada kuartal II-2021. Artinya, jauh berbeda dengan kinerja impor tahun lalu yang melemah. Hal ini menandakan ekspansi industri yang tercermin dari angka purchasing manager’s index (PMI) di atas 50.

“Impor barang modal masih menjadi penyumbang utama total impor terutama yang terdiri dari produk mesin dan elektronika mencakup sekitar 25 persen dari total impor. Selain itu, impor produk kimia industri juga meningkat seiring tingginya permintaan,” jelas Riefky.

Dari sisi ekspor, komoditas mentah masih mendominasi, antara lain dari sumber daya mineral, lemak nabati, dan logam mulia. Beberapa faktor pendorongnya adalah kenaikan harga komoditas yang cukup signifikan seiring permintaan yang mulai bangkit dari pandemi.

Riefky menekankan, eskalasi dari Covid-19 varian delta ini terbukti sangat berdampak pada perekonomian Indonesia maupun global. Bahkan untuk negara yang sebelumnya mampu menangani pandemi, seperti Vietnam, tidak kebal dari potensi musibah yang dapat ditimbulkan oleh varian ini. Artinya, tidak ada negara yang pernah siap menghadapi pandemi.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version