Menu
in ,

BI Perlu Pertahankan Tingkat Suku Bunga Acuan 3,5%

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat mengusulkan agar BI Perlu Pertahankan Tingkat Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

FOTO : IST

Pajak.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) tengah menggelar Rapat Dewan Gubernur, pada (24-25/5). Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mengusulkan agar BI dapat mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada level 3,5 persen. Pasalnya, kondisi eksternal masih bergejolak dan kebutuhan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Dengan masih bergejolaknya tekanan eksternal dan kebutuhan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan kondisi finansial, kami berpandangan BI perlu mempertahankan suku bunga acuan,” kata ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB UI Teuku Riefky kepada Pajak.com, pada (24/5).

Usulan LPEM FEB UI itu berangkat dari beragam indikator. Selama sebulan terakhir, arus modal yang masuk ke pasar keuangan Indonesia mencapai 6,43 miliar dollar AS, naik sekitar 1,06 miliar dollar AS dari 5,37 miliar dollar AS pada pertengahan April 2021. Meski mengalami peningkatan yang cukup besar pada awal Mei 2021, tetapi hal ini dinilai bersifat sementara.

“Selain itu, dalam beberapa hari terakhir justru terjadi arus modal keluar, sehingga mendorong turunnya akumulasi arus modal portofolio yang masuk dari 6,49 miliar dollar AS menjadi 5,48 miliar dollar AS hanya dalam waktu sepuluh hari,” tambah Riefky.

Sementara dari sisi inflasi, daya beli masyarakat masih terlihat rendah dibandingkan dengan periode Ramadan sebelum pandemi Covid-19. Angka inflasi pada April 2021 tercatat lebih tinggi dibandingkan dua bulan sebelumnya. Inflasi secara tahunan pada April 2021 sebesar 1,42 persen atau naik dari 1,37 persen pada Maret 2021.

Kendati pertumbuhan ekonomi indonesia pada kuartal I-2021 terlihat mulai bergerak ke arah positif, tetapi masih terkontraksi sebesar 0,74 persen. Apalagi masih ada ancaman penularan Covid-19 pasca-Idulfitri.

“Terlepas dari segala perdebatan, beberapa indikator mendukung argumen pemulihan. Sebagai contoh, IKK (indeks keyakinan konsumen) telah menunjukkan tren peningkatan sejak awal 2021 dan mencapai  puncaknya di 101,48 pada April 2021, tidak hanya mencapai titik tertingginya sejak Maret 2020 namun juga mencapai level di atas 100—mengindikasikan adanya ekspektasi kondisi ekonomi di masa mendatang yang lebih baik ketimbang sekarang. Tetapi ancaman masih selalu ada, banyak negara yang kembali melakukan lockdown,” jelas Riefky.

Pemulihan ekonomi juga dapat dilihat dari purchasing managers index (PMI) manufaktur pada April 2021, yakni tercatat di 54,6 atau meningkat dari 53,2 di bulan sebelumnya melanjutkan tren rekor tertinggi selama dua bulan berturut-turut. Seperti diketahui angka PMI manufaktur di atas 50 mengindikasikan adanya ekspansi dari aktivitas produksi.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version