Menu
in ,

Kontribusi Investor Retail dalam Pembiayaan Ekonomi

Pajak.com, Jakarta – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkapkan, pertumbuhan investor ritel di Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dan menjadi potensi besar bagi pembiayaan ekonomi. Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan jumlah investor ritel di Indonesia pada Juni 2021 sebesar 125 persen atau tercatat sebesar 5,6 juta orang, dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 2,5 juta orang.

Meski meningkat cukup pesat, Destry menyebut bahwa peningkatan itu belum ideal jika dibandingkan jumlah usia produktif di Indonesia yang berjumlah 191 juta jiwa.

“Jadi kalau baru 5,6 juta penduduk yang masuk sebagai investor ritel, baru tiga persen dari penduduk usia produktif yang memanfaatkan peluang investasi bagi pembiayaan ekonomi di Indonesia,” katanya dalam kegiatan Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It) bertema “Mari Bersama Membangun Negeri dengan Menjadi Investor di Negeri Sendiri” secara virtual, Jumat (13/8).

Untuk itu, ia melihat peluang investor domestik masih sangat besar. Oleh karena itu, pihaknya mengajak agar masyarakat—khususnya generasi milenial—untuk berkontribusi di pasar keuangan Indonesia dan membangun negeri dengan menjadi investor di negeri sendiri.

“Semakin besarnya kontribusi investor domestik, maka pembiayaan pembangunan akan lebih mudah diperoleh dan stabilitas sistem keuangan akan semakin terjaga dalam menghadapi ketidakpastian global. Jadi dari awal kita sudah tanamkan dalam benak mereka (milenial), berinvestasilah, menabunglah, karena ini bukan hanya mendatangkan kebaikan buat kalian, tetapi juga akan memberikan manfaat yang besar untuk negara di mana kalian berada,” ucap Destry.

Ia juga mengatakan, berinvestasi di negeri sendiri merupakan salah satu bentuk nasionalisme zaman kini, di masa pembangunan Indonesia. Ia pun optimistis, dengan semakin meningkatnya investor, Indonesia akan mampu berdiri menjadi negara maju dan berpendapatan tinggi.

“Kami ingin agar anak-anak milenial bisa bergabung bersama untuk membangun Indonesia. Sekarang, nasionalisme konteksnya banyak, bagaimana kita berdedikasi, bagaimana kita menyumbangkan jasa, pemikiran, termasuk berinvestasi. Ini merupakan wujud nasionalisme yang bisa kita tunjukkan kepada Indonesia, bagaimana kita bisa berinvestasi di negeri kita sendiri, dan bagaimana kita bisa menjadi investor utama di negeri ini,” urainya.

Di sisi lain, ia juga mengatakan bahwa potensi investor domestik terutama investor ritel harus diiringi dengan pemahaman yang memadai tentang berbagai instrumen keuangan, serta bagaimana berinvestasi dan mengelola keuangan secara bijak dan cerdas. Ini merupakan salah satu tujuan Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FKPPPK) menyelenggarakan Like It.

Senada dengan Destry, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat mengemukakan bahwa dengan berinvestasi di negeri sendiri, masyarakat telah ikut membangun bangsa. Apalagi, kini berinvestasi di pasar keuangan semakin mudah dan transparan melalui gawai, dan bisa berinvestasi dengan modal sedikit.

Donny bilang, pembangunan yang dilakukan Indonesia saat ini terutama untuk menuju Indonesia Maju membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan tak cukup hanya dibiayai oleh APBN. Untuk itu, investor ritel di pasar keuangan menjadi salah satu tumpuan pembangunan Indonesia.

“Investor ritel sekarang ini bukan receh, tetapi sangat signifikan bagi pembangunan. Jadi, kami juga sudah membuat tagline untuk investor ritel, ‘we need you for nation, we need your for economy, and for financial market, and for your own future’,” ucapnya.

Lebih lanjut, Donny mengatakan bahwa salah satu program jangka pendek yang tengah dilakukan FKPPPK adalah mendorong literasi keuangan di tengah inklusi keuangan yang tinggi. Dengan adanya penguatan literasi keuangan, pihaknya menargetkan angka literasi keuangan masyarakat yang saat ini baru mencapai 30 persen, bisa meningkat menjadi 50 persen.

“Ini yang sedang kami address, supaya kualitas investor menjadi baik dan bisa menjadi investor yang sustainable atau tidak cepat kapok karena berinvestasi dengan benar, bisa mengenal risiko investasi dengan benar, dan memilih investasi yang cocok bagi dirinya,” tegasnya.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version