Menu
in ,

Pemerintah Bangun Inovasi Agromaritim 4.0

Pajak.com, Jakarta – Pemerintah berkomitmen membangun inovasi agromaritim 4.0 yang lebih modern di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mendorong smart farming serta mengembangkan digitalisasi untuk sektor kelautan dan perikanan.

“Pemerintah terus berupaya untuk mengubah mindset petani, petani kita. Dari pertanian tradisional ke pertanian modern, smart farming. Kita terus mengembangkan dan melakukan inovasi dalam pengembangan teknologi produksi dan sistem distribusi,” kata Jokowi dalam acara Dies Natalis ke-58 IPB, pada (1/9).

Oleh sebab itu, ia mengajak perguruan tinggi, terutama Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai pelopor inovasi di bidang pertanian, untuk konsisten mengembangkan inovasi dan riset mengenai agromaritim. Di sektor pertanian, Indonesia harus mampu menghadirkan kesejahteraan bagi petani karena telah membantu mewujudkan ketahanan pangan nasional.

“IPB diharapkan berkontribusi menghasilkan smart shortcut dalam peningkatan daya saing kita di bidang pangan dan pertanian. Sehingga negara kita dapat menjadi negara yang maju, yang berdikari di bidang pangan. Menciptakan ruang yang semakin nyaman bagi pemikiran dan karya-karya inovatif. Terus menemukan inovasi yang memberikan solusi cerdas bagi masyarakat. Serta memperkuat hilirisasi riset dan inovasi dengan membangun jalinan yang kuat dengan dunia industri,” jelas Jokowi.

Ia optimistis Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor pangan, masih banyak komoditas yang belum dikembangkan dengan optimal sehingga bisa mencapai tahap ekspor.

“Kita perlu lebih banyak inovasi untuk meningkatkan produktivitas, inovasi untuk meningkatkan kualitas, inovasi untuk substitusi ekspor. Inovasi untuk meningkatkan daya saing produk pangan, obat herbal, buah-buahan dan potensi-potensi agromaritim lainnya,” tambah Jokowi.

Jokowi mencatat, saat ini baru 293 kabupaten/kota yang baru memiliki sentra komoditas ekspor untuk produk pertanian. Oleh sebab itu, ia meminta para bupati/wali kota terus menggali potensi ekspor dari daerahnya masing-masing.

“Saat ini dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, baru 293 kabupaten/kota yang memiliki sentra komoditas pertanian unggulan ekspor. Baik itu produk sawit, karet, kopi dan beberapa komoditas lain yang diminati pasar global. Masih banyak komoditas yang potensial dikembangkan, seperti sarang burung walet, porang, minyak atsiri yang dalam beberapa tahun terakhir cukup berkembang, bunga melati, tanaman hias, edamame, serta produk-produk hortikultura lain,” sebutnya.

Agromaritim juga meliputi sektor kelautan dan perikanan. Menurut Jokowi, sektor ini pun belum tergarap dengan baik. Indonesia baru mengisi tiga persen dari pasar ikan dunia dengan nilai 162 miliar dollar AS.

“Pemerintah ingin sektor agromaritim 4.0 dipercepat dengan memanfaatkan artificial intelligence, machine learning, teknologi robotik, hingga automission,” tambah Jokowi.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani. Menurutnya, pemikiran tentang agromaritim mengingatkan bahwa daratan dan lautan di Indonesia adalah satu kesatuan yang menjadi kekuatan besar untuk menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat. Agromaritim 4.0 merupakan adaptasi yang memerlukan pemanfaatan kemajuan teknologi digital, sehingga dapat menciptakan keberlanjutan, kemakmuran, dan kedaulatan bangsa Indonesia.

“Dengan bergotong royong mari kita jadikan agromaritim 4.0 sebagai bagian dari solusi besar untuk memerdekakan Indonesia dari dampak pandemi COVID-19 dan untuk mewujudkan Indonesia yang maju,” kata Puan.

Ia pun mengajak universitas, khususnya IPB untuk melahirkan inovasi-inovasi demi kemajuan sektor pertanian di tengah pandemi COVID-19.

Rektor IPB Arif Satria setuju dengan harapan-harapan itu. Arif menilai, keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia menjadi salah satu latar belakang perlunya inovasi agromaritim 4.0 sebagai fokus pembangunan.

“Mengapa perlunya agromaritim sebagai fokus pembangunan? Karena kita memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Baik darat, laut, hutan, dan kita memiliki mega biodiversity yang harus kita kelola dengan baik,” kata Arif.

Selama pandemi berlangsung, pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor yang berbasis pada agromaritim. Artinya, Indonesia telah memiliki modal yang besar untuk mengembangkan sektor ini. Terlebih semua daerah memiliki keunggulan agromaritim yang beragam.

“Agromaritim merupakan leading sektor ekonomi Indonesia yang dibuktikan dengan warna hijau ini, ini sebuah warna yang menggambarkan GDP (gross domestic bruto) yang dominan setiap provinsi. Yang hijau adalah sektor pertanian, kehutanan termasuk dalam peternakan, yang itu kalau kita lihat sebagian besar di Sumatera, Kalimantan, di seluruh Sulawesi, Maluku, NTB (Nusa Tenggara Barat), NTT (Nusa Tenggara Timur)—semua adalah didominasi oleh GDP dalam bidang pertanian,” ungkap Arif.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version