Menu
in ,

Airlangga Ajak JBIC Investasi Kesehatan dan Pangan

JBIC

FOTO: IST

Pajak.com, Tokyo – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Nobumitsu Hayashi digelar di Tokyo, Jepang awal pekan ini.  Pertemuan itu membahas berbagai proyek JBIC yang ada di Indonesia. Dalam pertemuan itu, Menko Airlangga juga mengajak JBIC untuk berinvestasi di Indonesia, terutama di sektor kesehatan dan pangan.

Menko Airlangga menyampaikan bahwa JBIC berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia sebagai sumber pendanaan maupun penasihat dalam berbagai proyek infrastruktur. JBIC setiap tahun membuat survei atas perusahaan manufaktur Jepang yang melakukan bisnis di luar Jepang (Survey on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies). Pada survei tahun 2021 lalu, dari Daftar “Promising Countries for Overseas Business”, Indonesia masih di peringkat ke-6 atau di bawah Vietnam dan Thailand. Untuk itu, Menko Airlangga berharap agar JBIC mau meningkatkan perannya dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

“Indonesia ingin lebih tinggi dari Vietnam dan Thailand, inilah alasan utama kenapa kami menemui JBIC di Tokyo,” ungkap Menko Airlangga dalam keterangan tertulis Selasa (26/7/22).

Sebagai informasi, JBIC memiliki spesialisasi antara lain di bidang pembiayaan di sektor energi. Beberapa proyek infrastruktur utama yang ada di Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tanjung Jati-B, Jawa 1, dan pembangkit panas bumi Sarula dan Muara Laboh, serta proyek LNG Tangguh. Proyek-proyek ini menyediakan sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

Menko Airlangga mengatakan, fokus Indonesia untuk dua tahun ke depan adalah memulihkan ekonomi dan kembali mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Hal itu salah satunya harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur energi. Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah konkret untuk melaksanakan transisi energi ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk mencapai Nationally Determined Contributions (NDC) pengurangan emisi karbon 29 persen pada 2030. Pemerintah Jepang juga telah melakukan banyak kolaborasi dengan Indonesia dalam pengurangan emisi karbon. Salah satunya melalui skema Joint Crediting Mechanism (JCM). Skema ini juga sedang dipertimbangkan sebagai bagian dalam kerja sama pendanaan JBIC dengan Indonesia dalam program transisi energi.

Proyek besar yang juga menjadi pembahasan adalah terkait Proyek Masela yang akan menjadi semakin strategis, terutama di tengah adanya perang Ukraina dan Rusia dan karena melonjaknya kebutuhan gas dari negara-negara G7. Gas menjadi sangat penting karena dapat digunakan sebagai bahan baku amonia, pupuk, dan gas juga bisa digunakan membangun methanol yaitu salah satu blending untuk biofuel. Nilai investasi proyek ini mencapai 19,85 miliar dollar AS. Namun demikian, proyek ini mempunyai tantangan ke depan yaitu adanya percepatan transisi energi, persyaratan dekarbonisasi, dan perubahan industri hulu migas, sehingga perlu dievaluasi dan diidentifikasi ulang mengenai ruang lingkup proyeknya.

Sementara itu, Gubernur JBIC Hayashi menyampaikan, Indonesia negara sangat strategis dan merupakan customer JBIC terpenting. Dukungan JBIC di bidang energi dengan mendukung listrik 11,6 GW yang sangat membantu pembangunan ekonomi Indonesia.

Selain membahas mengenai energi, pertemuan juga membahas pengembangan sektor otomotif di Indonesia. Di Indonesia, hampir 90 persen prinsipiilnya berasal dari Jepang dan JBIC ikut membiayai pengembangan sektor otomotif.

Menko Airlangga juga menyampaikan harapan agar JBIC juga mendorong investasi di sektor lain yang sangat potensial, terutama sejak masa pandemi dan krisis global ini, yaitu sektor kesehatan (medical) dan sektor pangan (food). Airlangga juga mengatakan, sejalan dengan terjadinya krisis global yang salah satunya di bidang pangan dan pupuk, maka dia pun mengundang JBIC untuk berinvestasi di sektor tersebut.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version