Menu
in ,

MenkopUKM Kembangkan Potensi Pasar Tanaman Hias

Pajak.com, Bogor – Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki mengungkapkan, tanaman hias memiliki potensi besar dikembangkan di Indonesia. Pasalnya, global market value atau potensi pasar tanaman hias di dunia mencapai nilai Rp 3.000 triliun, lebih tinggi dibandingkan kopi dan teh. Akan tetapi, Indonesia baru memenuhi ceruk pasar dunia sebesar 0,01 persen. Maka untuk mengembangkan sektor tersebut, ia pun mendorong kolaborasi antara, petani, koperasi, dan penyedia layanan digital.

Hal tersebut ia ungkapkan saat menghadiri penandatanganan MoU antara Minaqu Home Nature (Minaqu Indonesia) dengan Koperasi Agro Tora Wajasakti (Sukabumi) di Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, Minaqu Indonesia juga sudah bermitra dengan koperasi lainnya yaitu Koperasi Pelita Desa (Ciseeng, Bogor), Koperasi Kowinas (Karawang, Subang, Cianjur, Bali, Lombok, Bangka Belitung, Batam, Yogyakarta, dan Solo), serta Koperasi Produsen Maja Flora (Mojokerto, Jawa Timur).

“Saya sangat mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan Minaqu Indonesia sebagai off taker produk tanaman hias yang telah menggandeng kurang lebih 1.000 petani di Jawa Barat dan telah bermitra dengan 4 koperasi,” ungkap Teten dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (20/10).

Teten menambahkan, para petani alangkah baiknya harus terkonsolidasi melalui koperasi dan jangan dibiarkan hanya menggarap di lahan yang sempit. “Kalau sudah ada koperasi, para petani dapat fokus untuk berproduksi di lahan yang juga dikonsolidasikan menjadi skala ekonomi,” tambahnya.

Menurutnya, yang berperan menjadi off taker pertama adalah koperasi sebagai aggregator, melakukan pengolahan hasil panen, dan berhadapan dengan pembeli sehingga harga tidak dipermainkan buyer.

“Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum juga dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Mulai dari akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dan kerja sama dengan Perguruan Tinggi untuk teknologi tepat guna, sampai pada hilirisasi produk (pemasaran) baik secara off-line dan on-line,” ujarnya.

Teten berpendapat, apa yang dilakukan Minaqu telah mencerminkan terjadinya proses inclusive close loop, di mana telah tercipta sebuah ekosistem terintegrasi dari hulu hingga hilir. “Minaqu tidak hanya bertindak sebagai off taker dari hasil produksi petani, namun juga memberikan pendampingan mulai dari pembibitan, proses produksi, hingga pemasarannya untuk pasar ekspor,” ujarnya.

Mengingat masih sangat besarnya potensi pasar dan peluang permintaan tanaman hias dari mitra luar negeri yang telah bekerja sama dengan Minaqu, Teten berharap koperasi-koperasi lainnya yang telah mengkonsolidasikan lahan anggotanya, juga dapat memanfaatkan peluang ini dan menjalin kemitraan. Selain itu, Teten juga mendukung pemanfaatan teknologi informasi melalui web based system e-commerce platform minaquindonesia.com untuk akselerasi menuju go digital dan go global.

“Sudah sangat tepat sebagai platform yang menjadi gerbang pemasaran global tanaman hias yang selanjutnya akan dikembangkan bagi komoditas agrikultur lainnya, yang saat ini sudah dijangkau lebih dari 50 negara di dunia,” pungkasnya.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version