Menu
in ,

Menkeu: Tiga Sektor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi

Pajak.com, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, mesin pertumbuhan ekonomi mulai didorong dari tiga sektor penting. Menkeu beberkan tiga sektor pendorong pertumbuhan ekonomi itu adalah sisi konsumsi rumah tangga, investasi dalam bentuk berbagai macam ekspansi kapasitas, dan juga dari sisi sektor eksternal seperti aktivitas ekspor.

Artinya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak lagi menjadi tumpuan utama untuk menjaga pertumbuhan, melainkan sebagai shock absorber atau peredam.

“Ini yang tentunya menggembirakan karena pertumbuhan ekonomi sekarang tidak tergantung lagi hanya dari sisi APBN. Bahkan APBN sekarang mulai bergeser menjadi instrumen untuk menjaga shock, tapi bukan sebagai lokomotif utama pertumbuhan ekonomi. Karena sekarang mesin pertumbuhan sudah mulai menyala pada sisi konsumsi, investasi, dan ekspor,” kata Sri Mulyani pada Konferensi Pers APBN KiTa, dikutip Pajak.com, Jumat (24/6).

Secara umum, ia menjabarkan kalau APBN menunjukkan pemulihan di tengah ketidakpastian situasi global karena ditopang oleh Purchasing Managers Index (PMI) yang ekspansif, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menguat, serta tumbuhnya sektor konsumsi—khususnya pada konsumsi listrik industri dan bisnis.

Secara detail, neraca perdagangan bulan Mei 2022 masih mencatatkan surplus 2,90 miliar dollar AS dengan akumulasi hingga Mei 2022 mencapai 19,79 miliar dollar AS. Ekspor bulan Mei mengalami surplus 21,5 miliar dollar AS, relatif melemah dibandingkan bulan sebelumnya.

“Kalau kita lihat dibandingkan dengan impor kita yang mencapai 18,6 miliar dollar AS dengan pertumbuhan 30,7 persen, ini perlu untuk kita juga waspadai. Karena impor pertumbuhannya lebih tinggi dari ekspor, meskipun levelnya masih lebih rendah. Ini artinya trade balance kita, kalau kita tidak terus menjaga kinerja ekspor, suatu saat juga bisa makin mengecil surplusnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan berbagai indikator perekonomian masih melanjutkan tren pemulihan secara merata. Tren positif ini ditunjukkan baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Katanya, Mobility Index Indonesia bulan Mei menunjukkan mobilitas yang meningkat sangat tajam di angka 18,6.

Indikator ini terlihat dari mobilitas masyarakat meningkat seiring dengan kondisi pandemi yang terkendali dan momen mudik pada Hari Raya Idulfitri. Sementara nilai retail sales index tercatat 5,4 persen, terus meningkat sejalan dengan optimisme dan mobilitas masyarakat.

Sementara, pertumbuhan impor bahan baku 33,9 persen dan barang modal sebesar 29,2 persen terlihat juga masih tinggi yang menunjukkan adanya penguatan produksi dalam negeri.

“Dan ini juga dikonfirmasi dengan konsumsi listrik di industri dan bisnis. Di industri bahkan pertumbuhannya double digit di atas 16,4 persen, sedangkan bisnis itu tumbuh 9,3 persen untuk permintaan listriknya,” imbuh Sri Mulyani.

Menurutnya, kapasitas produksi manufaktur Indonesia juga sudah mulai meningkat dan semakin mendekati level sebelum pandemi. Selanjutnya, Mandiri Spending index juga tercatat pada level tertinggi sejak Januari 2020 yaitu mencapai 149,2.

Artinya, kelompok masyarakat, terutama menengah-atas, melakukan pengeluaran dengan menggunakan kartu kredit yang menunjukkan kenaikan aktivitas ekonomi. Dengan aktivitas yang masih sangat kuat, pihaknya optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua akan berkisar pada 4,8 hingga 5,3 persen, dengan titiknya sekitar 5 persen.

“Tren ini adalah suatu tren yang cukup bagus, dilihat dari konsumennya meningkat, dengan aktivitas meningkat, dan juga dari sisi produksi meningkat. Ini berarti investasi tumbuh tinggi dan ekspor-impor juga tumbuh tinggi, namun neraca perdagangan masih mencatatkan surplus,” ucapnya.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version