Menu
in ,

Kembangkan Gula Cair, Indonesia Bisa Swasembada Gula

Pajak.com, Jakarta –  Indonesia hingga saat ini masih mengimpor gula dari berbagai negara hingga jutaan ton per tahun. Rata-rata konsumsi gula nasional sebesar 5,1 juta ton sementara produksi gula nasional hanya 2,1 juta ton sehingga Indonesia saat ini menjadi negara pengimpor gula terbesar di dunia. Di tengah pandemi Covid-19, impor gula melonjak dari 4,09 juta ton tahun 2019 menjadi 5,54 juta ton di 2020. Angka itu merupakan data impor gula tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Untuk mengatasi defisit itu, PT Gula Energi Nusantara (GEN) melakukan inovasi dengan memproduksi gula cair. Inovasi ini dengan mengubah gula kristal menjadi cair sehingga kapasitas produksi gula meningkat.

Direktur UKM PT Gula Energi Nusantara Joko Budi Wiryono menyampaikan, pengembangan bahwa produksi gula cair ini untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, melalui pengembangan produk hasil olahan tebu dan palm beserta turunannya.

“Ada tren produksi gula di Indonesia terus menurun. Sedang tren impor gula terus naik. Kalau tren ini diteruskan, maka Indonesia tidak akan pernah swasembada gula dalam waktu 50 tahun sampai 100 tahun ke depan,” kata Joko.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendukung inovasi gula cair untuk menekan impor gula Indonesia. Dalam kunjungannya ke pusat produksi gula cair PT Gula Energi Nusantara di Klaten, Jawa Tengah, Teten mengatakan bahwa dengan mengubah gula kristal menjadi cair, kapasitas produksi gula menjadi naik berkali-kali lipat.

“Jadi saya kira dengan keterbatasan lahan tebu sekarang maka teknologi pengolahan gula cair yang ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk mencapai kita swasembada gula. Oleh karena itu, ini satu hal yang luar biasa dari usaha kecil menengah yang bisa kita kembangkan kapasitas produksinya,” ujar Teten dalam siaran pers, Senin (12/4/2021).

Teten mengatakan, jika gula kristal atau gula pasir selama ini hanya memanfaatkan kandungan sukrosa dari perasan tebu, gula cair memanfaatkan semua bagian yang sebelumnya dianggap limbah. Gula cair yang diproduksi juga lebih sehat karena kadar gula rendah atau low glychemic index (LGI) dan kandungan antisoksidan tinggi.

Menurut Teten, pihak  PT Gula Energi Nusantara menghabiskan riset hingga 10 tahun untuk menemukan inovasi gula cair yang disebut dengan teknologi Gulanas. Dia bekerja sama dengan peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan kalangan medis untuk mendapatkan paten dari Kementerian Hukum dan HAM.

“Ide besar yaitu mengembangkan gula nasional dengan mengurangi impor dengan hanya melakukan alih fungsi dari gula pasir ke gula cair. Pak Joko (Direktur Utama PT Gen) mengembangkan prototipe pengolahan dan mengembangkan teknologi produksinya. Temuan ini bisa menjadi solusi untuk kebutuhan gula nasional bahkan dunia,” ujar Teten.

Teten mengatakan, pengembangan kapasitas produksi gula cair oleh PT Gula Energi Nusantara bisa menambah suplai bagi kebutuhan dalam negeri, sekaligus untuk mengurangi impor. Pengembangan kapasitas produksi gula ini dapat didukung dalam bentuk investasi, maupun pembiayaan pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta pendampingan yang melibatkan stakeholders terkait.

“Dengan KUR bisa sampai Rp 20 miliar, dengan grace period yang cukup panjang, dengan bunga yang sangat kompetitif juga saya kira bisa dibiayai dari perbankan. Nanti mungkin dilakukan adalah pendampingan dari kami dan mungkin kami juga akan mengajak Kementerian BUMN dan Perindustrian untuk bersama-sama mengembangkan prototipe pabrik yang dikembangkan oleh Pak Joko,” katanya.

PT Gula Energi Nusantara mengembangkan prototipe R&D teknologi proses pengolahan gula cair tebu. Dengan campur tangan berbagai pihak, perusahaan ini berpotensi memproduksi 8,4 juta ton gula. Dengan demikian, Indonesia yang tadinya mengalami defisit 3 juta ton diyakini bisa swasembada, sehingga dengan sendirinya akan mengurangi ketergantungan impor.

“Kita bisa swasembada kalau dengan ide besar Pak Joko, saya dukung supaya betul-betul kita bisa swasembada gula dengan mengolah lahan tebu yang eksisting saat ini, tapi nanti kita perluas,” tambah Teten.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version