Menu
in ,

Enam Tahun Rugi, Bank Jago Cetak Laba Bersih Rp 14 M

Pajak.com, Jakarta – PT Bank Jago Tbk akhirnya berhasil mencetak untung (laba bersih) pada kuartal III-2021 sebesar Rp 14 miliar, setelah enam tahun mengalami kerugian. Kinerja ini tidak terlepas dari komitmen Bank Jago memperkuat ekosistem digital, salah satunya melakukan integrasi dengan aplikasi Bibit.Id dan Gojek.

Sebagai informasi, Bank Jago merupakan bank yang telah resmi bertransformasi menjadi bank digital dan sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2016. Dulunya, Bank Jago bernama Bank Artos Indonesia. Transformasi itu terjadi ketika Direktur Utama Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Jerry Ng dan investor Patrick Sugito Walujo mengakuisisi pada tahun 2019.

Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan, raihan laba bersih itu sejalan dengan pertumbuhan kredit yang agresif, rasio kredit bermasalah yang terjaga di level rendah, dan kemampuan memperbaiki struktur biaya dana.

“Kami bersyukur atas pencapaian ini. Kami optimistis kinerja kami di masa mendatang akan terus membaik dan Jago akan menjadi bank digital yang profitable serta mampu untuk tumbuh secara berkelanjutan,” kata Kharim dalam keterangan resmi yang diterima Pajak.com, pada (22/10).

Kinerja positif juga terjadi pada penyaluran kredit Bank Jago yang telah mencapai Rp 3,73 triliun per September 2021 atau melonjak 502 persen dari periode yang sama di tahun lalu. Pertumbuhan kredit terutama terjadi di kuartal III-2021 dengan kenaikan sebesar Rp 1,56 triliun dari posisi kuartal sebelumnya.

“Persentase kenaikannya terlihat tinggi karena perseroan berangkat dari baseline yang rendah. Namun, kita melihat kemajuan bisnis yang konsisten dari waktu ke waktu dengan strategi memperluas kolaborasi dan integrasi dengan ekosistem digital,” kata Kharim.

Ia menyebutkan, kini Bank Jago telah terintegrasi dengan aplikasi reksa dana online (Bibit.Id) dan superapp (Gojek). Integrasi ini bermanfaat bagi konsumen untuk mengakses produk dan layanan jasa keuangan secara mudah, cepat, dan aman.

“Fitur ‘Kantong Jago’ yang terhubung dengan aplikasi Bibit.ID dan Gojek juga membuat pengelolaan keuangan menjadi lebih disiplin, inovatif dan kolaboratif,” tambah Kharim.

Selain berkolaborasi dengan dua aplikasi itu Bank Jago juga bekerja sama dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan lain berbasis digital. Pola kerjasama pembiayaan (partnership lending) ini memberi manfaat bagi Bank Jago untuk ekspansif dengan pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Hal ini tecermin pada rasio kredit bermasalah yang berada di level 0,6 persen.

“Pencapaian ini mengonfirmasi bahwa bisnis model kami sudah tepat. Implementasi konsep kolaborasi dengan ekosistem digital dalam melayani nasabah terbukti membuat kami tumbuh anorganik, efektif dan cepat,” kata Kharim.

Ia menambahkan, pertumbuhan kredit berdampak pada pendapatan bunga yang meningkat 478 persen menjadi Rp 355 miliar. Net interest margin (NIM) kini berada di angka 6,1 persen atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,4 persen.

“Kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari upaya Jago memperbanyak komposisi dana murah. Hingga akhir September 2021, total dana pihak ketiga mencapai Rp 2,54 triliun, tumbuh 564 persen. Dari jumlah tersebut, dana murah atau CASA (current account saving account) sebanyak Rp 985 miliar atau melonjak 1.031 persen. Sedangkan deposito senilai Rp 1,6 triliun, meningkat 427 persen,” urai Kharim.

Ia memastikan, proporsi CASA terus membaik. Sebagai pembanding, CASA pada September 2021 mencapai 38,72 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama di tahun lalu sebesar 22,74 persen atau akhir Juni sebesar 30,21 persen.

Pada kurun waktu yang sama, porsi deposito terhadap DPK telah menyusut dari 77,26 persen menjadi 69,79 persen dan kini 61,3 persen. Porsi CASA yang terus membesar ini memengaruhi struktur biaya dana sehingga berdampak positif pada perolehan margin.

“Peningkatan dana murah ini juga menunjukkan tingkat penerimaan publik yang semakin baik terhadap aplikasi Jago,” jelas Kharim.

Sementara itu, aset Bank Jago mencapai Rp 11 triliun atau tumbuh 536 persen per akhir September 2021. Adapun permodalan mencapai Rp 8 triliun. Kharim memastikan, permodalan itu sangat solid untuk menunjang ekspansi dan rencana bisnis Bank Jago ke depan.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version