Menu
in ,

Sinergi 3 BUMN Kembangkan Kawasan Industri Hijau

Pajak.comJakarta – Sebanyak tiga BUMN yaitu PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), dan PT Pupuk Indonesia bersinergi mewujudkan Green Industry Cluster alias Kawasan Industri Hijau melalui penyediaan energi baru terbarukan (EBT) dalam pengembangan green hydrogen dan green ammonia.

Kerja sama itu diwujudkan dalam bentuk Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang Sinergi BUMN untuk Mewujudkan Green Industry Cluster melalui Penyediaan Energi dalam Pengembangan Green Hydrogen dan Green Ammonia.

Wakil Menteri I BUMN Pahala Nugraha Mansury yang turut menyaksikan penandatanganan MoU itu mengatakan, sebagai bagian dari pemenuhan Paris Agreement dan COP26, Indonesia berkomitmen mencapai Net Zero Emission pada 2060 serta mengurangi emisi gas rumah kaca berbasis National Determined Contribution (NDC) hingga 29 persen pada 2030.

“Untuk mewujudkan target nasional tersebut, peran BUMN sangat signifikan khususnya pada tujuh BUMN emitter terbesar yang di antaranya adalah PLN, Pertamina, dan Pupuk Indonesia. Dalam penyediaan listrik, bauran EBT telah ditargetkan dalam RUPTL sebesar 23 persen pada 2025,” ujar Pahala dikutip Pajak.com, Jumat (25/2).

Pahala menambahkan, kegiatan inisiatif Green Industry Cluster ini juga telah ditetapkan sebagai salah satu Strategic Delivery Unit (SDU) Kementerian BUMN pada 2022. MoU Green Industry Cluster, lanjut Pahala, bakal menjadi dasar sinergi BUMN dalam menciptakan framework pengembangan yang lengkap dan terstruktur atas kegiatan dekarbonisasi sektor industri.

Baik itu melalui utilisasi sumber-sumber energi terbarukan, maupun mitigasi atas emisi pemanfaatan energi fosil melalui teknologi bersih seperti Carbon Capture and Storage (CCS) atau Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).

“Dengan berkolaborasi lintas kementerian/lembaga dalam kegiatan ini, diharapkan adanya peran aktif PLN, Pupuk Indonesia, dan Pertamina proses transisi energi antara lain dalam penataan dan penciptaan regulasi yang dapat mendorong pemanfaatan energi bersih secara lebih optimal,” tandas Pahala.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, dalam kerja sama ini PLN bakal mengambil peran dalam kajian terkait penyediaan green energy berbasis EBT seperti panas bumi, angin dan air di pabrik-pabrik milik Pupuk Indonesia yang selaras dengan kebijakan nasional untuk mencapai target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.

“PLN juga menyediakan sertifikat energi baru terbarukan (renewable energy certificate/REC) dari sisi hulu sampai hilir di seluruh pabrik milik Pupuk Indonesia,” ujar Darmawan.

Darmawan mengungkapkan, PLN juga sudah merencanakan untuk penambahan kapasitas pembangkit EBT. Misalnya di wilayah Sumatera, PLN mampu menyediakan akses listrik hijau untuk Pupuk Iskandar Muda dan Pupuk Sriwijaya dengan total kapasitas 2.213 MW yang terdiri dari PLTA, PLTP, PLTS ,dan PLTB.

Sedangkan di wilayah Kalimantan, PLN juga mampu memberikan akses listrik hijau ke Pupuk Kaltim dengan potensi kapasitas terpasang mencapai 1.205 MW yang ditopang dari PLTA, PLTS, dan PLTB. Wilayah Jawa, khususnya untuk Petrokimia Gresik dan Pupuk Kujang PLN mampu menyediakan kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 5.375 MW yang ditopang dari PLTA, PLTP, PLTS, dan PLTB.

Sementara Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan, kerja sama ini merupakan satu milestone penting bagi BUMN dan juga Indonesia, karena tiga perusahaan besar BUMN melakukan kolaborasi untuk mewujudkan energi masa depan atau green energy yang akan mengakselerasi green economy.

“Seperti halnya yang sama-sama kita ketahui bahwa tahun ini kita juga mendapat kesempatan menjadi Presidensi G20. Tentu hal ini mendorong kita untuk terus menghasilkan achievement-achievement maupun milestone-milestone yang bisa mendorong ke arah transisi energi ini. Dalam kerja sama ini, kita akan mewujudkan green energy cluster. Oleh karena itu, penting kita bekerja sama sesuai dengan bidang masing-masing,” ucap Nicke.

Lebih lanjut Nicke menuturkan, kerja sama tersebut dilandasi tantangan masa depan ke arah transisi energi ini perlu dilakukan sesuai dengan kerangka ke depan. Kerja sama ini juga merupakan salah satu dari enam langkah Pertamina untuk mewujudkan transisi energi yaitu integration. 

Dalam kerja sama ini, Pertamina telah melakukan pengembangan green hydrogen di PLTP Ulubelu, pengembangan blue hydrogen untuk kilang Plaju dan Dumai. Dari Sumatera Selatan juga akan bergerak ke Jawa Barat karena wilayah tersebut memiliki suplai renewable energy yang melimpah.

“Jadi jika kita membuat green belt, rasanya akan sangat menarik untuk dijadikan green belt pertama di Indonesia. Untuk itu kami sangat bersemangat untuk ikut dan juga memberikan komitmen penuh untuk pengembangan itu. Karena ini business model yang harus kita buat untuk melakukan transisi energi. Jadi tidak bisa lagi semuanya centralized,”ungkap Nicke.

Pupuk Indonesia menilai kerja sama ini merupakan kolaborasi BUMN dalam langkah dekarbonisasi, yang merupakan salah satu fokus perusahaan di tahun ini hingga 2030 mendatang. Sebagai pembeli energi bersih, perusahaan menargetkan bisa memproduksi produk yang ramah lingkungan dan memiliki nilai tambah bagi masyarakat.

“Kerja sama antara tiga BUMN ini sangat sejalan dengan road map dekarbonisasi di lingkungan Pupuk Indonesia Grup. Rencana jangka pendek kami adalah pemanfaatan program REC PT PLN untuk pasokan listrik di anak-anak perusahaan kami, yang akan diterapkan di Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik,” kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman.

Sementara untuk jangka panjang, kerja sama ini mendorong produksi green ammonia di lingkungan Pupuk Indonesia dengan sumber energi baru dan terbarukan. Lalu untuk jangka menengah, Pupuk Indonesia menargetkan utilisasi CO2 sebagai bahan baku produk yaitu dengan melakukan pengembangan Pabrik Soda Ash yang cukup besar menyerap CO2.

“Dalam jangka panjang, Pupuk Indonesia akan mengembangkan blue ammonia dengan mengadopsi teknologi CCS dan green ammonia dari sumber listrik energi terbarukan. Saat ini Pupuk Indonesia tengah melakukan kajian pengembangan blue ammonia dengan beberapa pihak baik dengan perusahaan lokal maupun perusahaan asing antara lain Mitsubishi, Mitsui, dan Toyo Engineering,” jelas Bakir.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version