Menu
in ,

Meneropong Potensi “Metaverse” di Indonesia

potensi metaverse

FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – Kehadiran teknologi metaverse kembali menjadi perbincangan hangat dalam jagat bisnis digital di Indonesia.  Dalam ajang Asia Tech Singapore (ATxSG) 2022 di Singapura awal pekan lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan, potensi metaverse di Indonesia sangat besar. Seperti apa gambaran perkembangan dan potensi teknologi yang mulai populer sejak akhir tahun 2021 ini?

Untuk menyegarkan ingatan, metaverse adalah sebuah konsep dunia virtual di mana seseorang dapat membuat dan menjelajah dengan pengguna internet lainnya dalam bentuk avatar dirinya sendiri. Orang pertama yang menciptakan istilah metaverse adalah Neal Stephenson pada novelnya di tahun 1992 yang berjudul Snow Crash. Istilah metaverse merujuk pada dunia virtual tiga dimensi yang dihuni oleh avatar orang sungguhan. Istilah ini kembali populer setelah pendiri Facebook Mark Zuckerberg ingin menciptakan dunia virtual yang menggabungkan teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) melalui metaverse. AR adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata lalu memproyeksikan benda-benda tersebut secara realitas dalam waktu nyata. Sementara VR adalah teknologi yang mampu menciptakan simulasi. Simulasi ini bisa mirip seperti dunia nyata, seperti suasana saat pengguna berjalan-jalan di sebuah tempat. Singkatnya, adalah dunia komunitas virtual tanpa akhir yang saling terhubung.

Menurut Sandiaga Uno, munculnya peluang ekonomi dalam metaverse harus dioptimalkan untuk kepentingan pemulihan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Ia berharap, metaverse bisa mendorong ekonomi digital di mana Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dengan 600.000 talenta digital per tahun. Dan ada potensi 30 juta UMKM serta kontribusi ekonomi yang diprediksi bisa mencapai 150 miliar dollar AS pada 2025.

“Indonesia memiliki potensi luar biasa dan ini jadi peluang usaha kita untuk bisa meningkatkan aktivitas pembiayaan dan usaha sehingga bisa membuka lapangan kerja baru dan salah satunya di space metaverse ini,” kata Sandiaga dikutip Sabtu (4/6/22).

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda mengatakan, metaverse adalah sebuah keniscayaan. Menurutnya cepat atau lambat perkembangan teknologi ini akan begitu masif seiring dengan adopsi aset kripto dan blockchain yang bisa menjadi bagian dunia virtual yang dibangun nantinya.

“Adopsi kripto dan blockchain akan mempercepat pengembangan metaverse yang memiliki potensi besar di Indonesia. Bayangkan akan banyak inovasi yang muncul saat ini akan lari ke arah metaverse di masa depan. Apa yang kita rasakan di dunia nyata, semua akan bisa terjadi juga di metaverse,” kata Manda.

Namun demikian, adopsi teknologi ini masih menghadapi tantangan. Manda mengungkapkan, metaverse bisa melahirkan inovasi yang membantu menciptakan pasar baru dari segala aspek, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi. Indonesia bisa beradaptasi dan menggali potensi metaverse dengan baik, jika infrastrukturnya didukung sudah optimal dan literasi masyarakat soal metaverse juga sudah inklusif.

Manda mengatakakan, infrastruktur dan literasi masyarakat menjadi tantangan perkembangan metaverse ke depan. Implementasinya hanya akan optimal jika dapat dikombinasikan dengan adopsi kripto, blockchain, NFT hingga DeFi berjalan dengan baik.

“Misalnya, Web-3 akan jadi bagian penting metaverse sebagai gambaran terbaru dari internet ciptakan ruang terdesentralisasi di mana pengguna memiliki lebih banyak otonomi, kontrol, dan peluang koneksi tanpa otoritas pusat,” jelasnya.

Sementara itu, pekerjaan rumah lainnya yang harus diselesaikan adalah pengembangan dalam teknologi AR dan VR. Riset PricewaterhouseCoopers (PwC) memperkirakan, teknologi VR dan AR untuk metaverse meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) global 1,4 triliun dollar AS pada 2030 mendatang. Selain kontribusi ke PDB global, perangkat VR dan AR, serta menggaet kreator konten untuk membuat program di metaverse bisa memberikan dampak ke pekerjaan baru di masa depan. Pengembangan teknologi ini dinilai mampu mendorong terciptanya 23,3 juta pekerjaan baru pada 2030.

Riset dari The Analysis Group, metaverse pada 2031 akan memiliki kontribusi terhadap perekonomian global mencapai 3,01 triliun dollar AS. Kajian yang bertajuk “The Potential Global Economic Impact of Metaverse,” ini menyebut angka itu setara dengan 2,8 persen dari pertumbuhan ekonomi dunia.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version