Menu
in ,

Indonesia-Prancis Jalin Kerja Sama Jaga Kelestarian Laut

Pajak.com, Jakarta – Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan kerja sama riset kelautan dengan Kementerian Kelautan Prancis. Kerja sama ini selain untuk menjaga kelestarian laut juga melakukan riset dan inovasi ikan pelangi, ikan botia, dan maggot sebagai pakan ikan alami.

Menteri Kelautan Prancis Annick Girrardin, menyampaikan apresiasi terhadap kerja sama yang telah dilakukan BRSDM dengan mitra Prancis. Dia juga mengaku sangat senang melihat kerja sama riset yang telah terjalin baik dengan Indonesia.

“Saya merasa senang sekali bisa hadir di lembaga ini. Prancis adalah merupakan negara dengan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) terbesar di dunia dan Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia dengan ZEE yang luas. (Kerja sama) ini merupakan kepentingan untuk Indonesia dan Prancis yang mengupayakan perlindungan kelestarian laut,” kata Menteri Annick Girrardin seperti dikutip dari keterangan tertulis Kementerian KKP Sabtu, 12/6/2021).

Girrardin mengatakan, upaya menjaga kelestarian laut menjadi tantangan terbesar untuk menangani polusi laut, termasuk sampah plastik di lautan yang menjadi permasalahan terbesar di banyak negara. Ia mengaku mengapresiasi upaya Indonesia untuk mengurangi sampah plastik sekitar 70 persen sampai tahun 2025 mendatang. Pihaknya siap membantu Indonesia untuk mencapai target tersebut melalui kegiatan Marine Debris Project.

“Sampah plastik harus dilawan dengan tidak memproduksi plastik. Hal ini tentu memerlukan berbagai pendekatan untuk melawan dan mengurangi plastik ini. Sampah plastik menjadi tantangan terbesar juga untuk Prancis. Dukungan Prancis untuk Indonesia tentu saja lebih luas dari kegiatan yang akan dilakukan, termasuk perikanan dan pengelolaan sumber daya laut. Saya senang sekali bisa melihat apa yang sudah ada di Indonesia,” tutur Girrardin.

Menindaklanjuti kerja sama kedua negara, Indonesia dan Prancis meluncurkan Atlas of Marine Debris pada Kamis 10 Juni lalu. Proyek kerja sama kedua negara yang didukung oleh Agence Française de Développement (AFD) dan Institut de Recherche pour le Développement (IRD) ini bertujuan mengurangi sampah plastik yang mengalir ke laut Indonesia. Tahun 2025, Indonesia menargetkan pengurangan sampah plastik sekitar 70 persen.

Proyek Atlas of Marine Debris ini diluncurkan untuk pendekatan pemantauan sampah plastik yang mengalir ke laut dan pendekatan permodelan yang dilakukan berdasarkan beberapa model sampah plastik yang digunakan untuk memantau penyebaran sampah plastik, arus, dan penyumbatan di perairan dan pesisir Indonesia.

Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, kerja sama BRSDM dengan IRD dan AFD telah terjalin sejak pertengahan tahun 2000. Sejumlah penelitian bersama di bidang pakan ikan dan produksi perikanan telah menghasilkan beberapa inovasi. Ia berharap, dengan adanya proyek ini ke depan Indonesia dan Prancis dapat menekankan pada kebersamaan para peneliti dalam setiap tahapan proyek penelitian.

“Adapun kerja sama terbaru dan yang aktif dilakukan antara IRD dan BRSDM adalah riset dan peningkatan kapasitas terkait dampak penggunaan rumpon atau fish aggregating device terhadap perikanan tuna dan pemantauan serta pemodelan sampah laut yang terinspirasi dari kepentingan bersama kedua negara dalam menemukan solusi praktis penanganan sampah laut,” kata Sjarief.

Penanganan sampah di laut kerap disebut Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono sebagai salah satu cara KKP mewujudkan kesehatan laut. Dia mendorong agar penanganan sampah di laut melibatkan seluruh stakeholder melalui sinergi dan kolaborasi program atau kegiatan, termasuk melibatkan masyarakat pesisir. KKP pada tahun ini mengembangkan lokasi-lokasi percontohan di wilayah pesisir untuk pusat daur ulang sampah.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version