Menu
in ,

Hilirisasi Industri Buat Kinerja Ekspor Kian Membaik

Hilirisasi Industri Buat Kinerja Ekspor Kian Membaik

FOTO : IST

Pajak.comJakarta – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Kementerian Perindustrian fokus untuk menjalankan kebijakan hilirisasi industri karena memberikan dampak yang luas bagi perekonomian nasional. Efek positif itu antara lain meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal, menambah tenaga kerja, dan menghasilkan devisa dari ekspor.

“Salah satu program prioritas Bapak Presiden Joko Widodo, yakni transformasi ekonomi dari sumber daya alam menjadi industri bernilai tambah. Jadi, diharapkan Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor bahan mentah, tetapi produk jadi atau barang setengah jadi,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Pajak.com, Minggu (27/6).

Agus menyebut, pada Januari-Mei 2021 sektor industri pengolahan kembali menunjukkan kinerja ekspor yang kian membaik di tengah tekanan pandemi, dengan mencatatkan nilai sebesar 66,70 miliar dollar AS atau naik 30,53 persen dari periode yang sama di tahun 2020. Ia mengatakan, industri pengolahan memberikan kontribusi tertinggi mencapai 79,42 persen dari total ekspor nasional yang menembus 83,99 miliar dollar AS selama lima bulan ini.

“Capaian tersebut menunjukkan bahwa ekspor Indonesia didominasi oleh produk hasil pengolahan. Besarnya proporsi ekspor produk industri pengolahan sekaligus menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran ekspor Indonesia, dari komoditas primer menjadi produk manufaktur yang bernilai tambah tinggi,” imbuhnya.

Pada Mei 2021, lanjut Agus, sektor industri makanan kembali menjadi penyumbang devisa terbesar dari ekspor industri pengolahan nonmigas, yaitu sebesar 3,25 miliar dollar AS. Kemudian, diikuti kontribusi oleh sektor logam dasar 2,34 miliar dollar AS; bahan kimia dan barang dari bahan kimia 1,49 miliar dollar AS; sektor komputer, barang elektronik, dan optik 633,9 juta dollar AS; serta sektor kertas dan barang dari kertas menyumbang 580,6 juta dollar AS.

“Jika dilihat dari faktor pembentuknya, nilai ekspor sektor industri makanan pada bulan Mei 2021 didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit sebesar 2,25 miliar dollar AS, atau memberi kontribusi sebesar 69,13 persen, naik dibandingkan bulan April 2021 yang mencapai 61,67 persen,” paparnya.

Di tahun 2020, industri hilir minyak sawit menyumbang kinerja produksi dan ekspor yang tinggi mencapai 22,73 miliar dollar AS. Agus mengemukakan, peningkatan kapasitas produksi industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya berupa produk minyak goreng sawit, lemak padatan pangan, bahan kimia, bahan bakar terbarukan/Biodiesel FAME, dan material canggih substitusi petro-based material. Pihaknya mencatat, komoditas kelapa sawit dan minyak kelapa sawit semakin digemari pasar global untuk keperluan 6F yakni food (pangan), fuel (bahan bakar terbarukan), fine chemical (sabun dan personal wash), fito-nutrient (vitamin dan nutrisi), feed (pakan ternak), dan fiber (serat untuk material baru).

“Tahun 2010, perbandingan rasio ekspor bahan baku dengan produk turunan, yakni 80 persen berbanding 20 persen. Sedangkan, pada 2020 perbandingannya menjadi 12 persen berbanding 88 persen. Ini merupakan indikator keberhasilan program hilirisasi industri,” tegasnya.

Di sisi lain, ekspor bahan baku crude palm oil (CPO) dan crude palm kernel oil (CPKO) menurun lantaran diproses dan diekspor sebagai produk hilir, termasuk bahan baku Biodiesel Program B30. “Indonesia telah bertransformasi tidak hanya mengandalkan ekspor komoditas mentah CPO dan CPKO, tetapi menjadi pengekspor produk hilir bernilai tambah,” imbuhnya.

Di sisi lain, ekspor perhiasan pada tahun 2020 mencapai 1,47 miliar dollar AS. Agus bilang, industri perhiasan emas memiliki nilai ekonomi yang sangat besar bila dilihat dari hulu sampai hilir, apalagi Indonesia menduduki peringkat keenam dunia untuk produksi perhiasan emas.

“Hilirisasi di sektor ini juga mendukung penyerapan tenaga kerja. Sebagai industri yang padat modal sekaligus padat karya, industri perhiasan emas dapat menyerap sebanyak 21.269 tenaga kerja untuk produksi eksisting sebanyak 47,5 ton,” ucapnya.

Secara jenis ragam, produk hilir yang dihasilkan industri dalam negeri meningkat dari 126 produk pada 2014, menjadi 170 produk pada tahun 2020 yang didominasi oleh produk bahan pangan dan bahan kimia dari sumber terbarukan.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version