Menu
in ,

Erick Thohir Bentuk PMO Kopi Nusantara

Pajak.com, Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membentuk project management office (PMO) kopi nusantara untuk memperkuat ekosistem di tanah air. Program ini dilakukan karena kopi merupakan salah satu komoditas potensial yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. PMO kopi nusantara terdiri atas berbagai unsur, mulai dari BUMN, swasta, asosiasi, dan lembaga riset.

Adapun dari BUMN, seperti PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN, Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perhutani), PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, hingga PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI. Kemudian dari swasta, antara lain Common Grounds, Dua Coffee, Stella, Mayora. Sementara dari asosiasi menggandeng Sustainable Coffee Platform of Indonesia dan Speciality Coffee Association of Indonesia. Serta bersinergi pula dengan lembaga research and development (RnD) dari Pusat Penelitian Kopi, Kakao Indonesia, dan RnD BUMN.

“Di sinilah kami mencoba membentuk PMO. PMO sendiri kita sepakati, kita tidak mau jadi menara gading. Saat ini merupakan era kolaborasi. Begitu pun dalam memperkuat industri kopi dalam negeri memerlukan sinergitas antarlini, baik pemerintah, swasta, asosiasi, dan para petani kopi. Indonesia tidak akan mampu memenangkan persaingan dalam industri kopi jika masih memikirkan ego sektoral. Apalagi di era milenial saat ini, sekarang eranya kolaborasi, bukan konglomerasi, atau jalan sendiri-sendiri,” kata Erick dalam diskusi virtual bertajuk Dialog Kopi Tanah Air yang diselenggarakan PDIP, (17/1).

Ia mengatakan, pasar kopi Indonesia memang hanya menempati peringkat empat di dunia. Namun, pertumbuhan konsumsi kopi di Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi hingga 45 persen dalam sepuluh tahun terakhir. Sementara negara-negara lain hanya 26 persen.

“Jadi kalau kita membangun ekosistem dan konsumsi kopi kita sendiri, siapa tahu nilai tawar kopi kita makin tinggi. Sudah seyogianya kita bangun ekosistem kita sendiri, bukan ekosistem Brasil atau Vietnam, tapi ekosistem Indonesia dalam persaingan di dunia global,” kata Erick.

Menurutnya, ekosistem yang kuat akan membuat harga kopi menjadi lebih kompetitif, baik di kalangan petani hingga pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Harga akan menjadi pendorong utama bisnis kopi dalam negeri di pasar internasional.

“Apalagi dengan bagusnya coffee shop di Indonesia. Ini juga meningkatkan persaingan kuat dengan dunia, sehingga para trader dunia di Indonesia juga kita imbangi dengan permintaan kopi dalam negeri, yang selama ini mereka juga menekan harga kopi menjadi lebih murah sebagai kopi campuran,” kata Erick.

Ia juga mengungkap, selama ini kopi Indonesia hanya digunakan sebagai campuran oleh pasar global lantaran kualitas yang dihasilkan tidak maksimal. Hal ini senada juga terjadi pada padi yang tidak memiliki kualitas standar internasional.

“Persoalan ini lantaran tidak adanya dukungan teknologi yang mumpuni dalam menghasilkan kualitas kopi terbaik. Banyak sekali kopi-kopi itu dalam posisi yang hancur dan petani tidak ada pendampingan bagaimana memetik kopi yang mestinya merah tapi karena tengkulak, akhirnya semua kopi diambil saja karena petani punya kebutuhan sehari-hari,” kata Erick.

Oleh sebab itu, ia bakal mengadopsi strategi yang cukup sukses di BUMN yang kemudian bisa diterapkan pada ekosistem kopi, yakni program Makmur. Program ini telah berhasil mengintegrasikan produk pertanian dari hulu ke hilir sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

“Alhamdulillah, program Makmur sudah 71.612 hektare dengan 50 ribu petani padi, jagung, tebu, dan hortikultura. Ekosistem sudah terbentuk dan berjalan. Sekarang para petani pendapatannya naik 30 persen. Ini nyata, bukan mimpi,” kata Erick.

Tidak kalah penting, ia berencana melibatkan para petani kopi untuk masuk dalam ekosistem program Makmur. Kementerian BUMN bakal membantu para petani kopi untuk meningkatkan kualitas, melakukan adopsi praktik budidaya kopi, dan memberikan akses pasar.

“Kalau rencana ini berjalan baik, kita bisa luncurkan dalam satu atau dua bulan. Kita buat proyek percontohan, misal di zona Jawa Timur atau Jawa Barat,” kata Erick.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version