Menu
in ,

Bank Jago Berhasil Bukukan Kinerja Positif di Tahun 2021

Pajak.com, Jakarta – Setelah dua tahun bertransformasi menjadi bank berbasis teknologi, PT Bank Jago berhasil bukukan kinerja positif di tahun 2021. Hal itu bisa terwujud dikarenakan Bank Jago fokus terhadap segmen ritel (consumer), mass market, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Direktur Utama Bank Jago Kharim Sirega mengungkapkan, pencapaian ini ditopang oleh pertumbuhan kredit yang solid dan efisiensi biaya dengan tetap menjaga rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang rendah. Penyaluran kredit hingga akhir 2021 mencapai Rp 5,37 triliun, meningkat 491 persen dari akhir 2020 sebesar Rp 908 miliar.

“Kami berangkat dari baseline yang rendah sehingga persentase kenaikannya terlihat sangat tinggi. Di sisi lain model bisnis yang tepat dan kolaborasi dengan ekosistem digital membuat penyaluran kredit lebih signifikan,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Jumat (11/03).

Selama 2021, Bank Jago telah berkolaborasi dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnership lending). Kharim menambahkan bahwa hal tersebut dilakukan untuk melengkapi integrasi Bank Jago dengan super app Gojek, aplikasi reksadana on-line Bibit, dan platform trading on-line Stockbit.

Menurutnya, kolaborasi membuat ekspansi bisa dilakukan secara cepat, efisien, dan pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Hal ini tecermin pada rasio NPL yang berada di level 0,6 persen.

“Kolaborasi merupakan cara kami dalam melayani nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah serta masyarakat luas dan ritel secara efektif dan cepat. Melalui pembiayaan ini, kami ingin berkontribusi dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi,” tambah Kharim.

Selain itu, pertumbuhan kredit yang tinggi mendorong pendapatan bunga meningkat 624 persen menjadi Rp 652 miliar. Sementara itu beban bunga terkerek 147 persen menjadi Rp 63 miliar. Dengan demikian pendapatan bunga bersih tercatat Rp 590 miliar atau tumbuh 812 persen. Net interest margin (NIM) kini berada di angka 7,4 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,7 persen.

Tidak hanya pendapatan bunga bersih, Bank Jago juga meraih fee based income sebesar Rp 56 miliar, tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kharim melanjutkan, kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari kehadiran aplikasi Jago yang diluncurkan pada April 2021. Dengan jumlah nasabah funding mencapai 1,4 juta orang, total dana pihak ketiga (DPK) pada akhir 2021 mencapai Rp 3,68 triliun, meningkat 357 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Berkat aplikasi tersebut, dana murah atau current account savings account (CASA) yang dihimpun mencapai Rp 1,68 triliun, meningkat 667 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, deposito meningkat 242 persen menjadi Rp 2 triliun. Pencapaian ini membuat porsi CASA terhadap total DPK meningkat, dari 27,2 persen pada akhir 2020 menjadi 45,6 persen pada akhir 2021. Sebaliknya, porsi deposito menyusut dari 72,8 persen pada akhir 2020 menjadi 54,4 persen pada akhir 2021.

“Peningkatan dana murah merupakan hasil dari penerimaan publik terhadap aplikasi Jago sebagai solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan. Kami percaya pengelolaan keuangan harus memiliki prinsip sederhana, kolaboratif, dan inovatif,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pertumbuhan kredit yang agresif, rasio NPL di level rendah, dan struktur biaya dana yang membaik juga berdampak positif pada perolehan laba bersih sebelum pajak (net profit before tax/NPBT) sebesar Rp 9 miliar. Sedangkan, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) sebesar Rp 86 miliar.

“Pencapaian laba pada 2021 merupakan permulaan dari bisnis Bank Jago. Dengan pondasi yang telah kami bangun dalam dua tahun ini, kami percaya pertumbuhan ke depan akan semakin solid dan cepat,” jelasnya.

Hingga akhir 2021, Bank Jago mencatatkan total aset sebesar Rp 12,31 triliun, tumbuh 465 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perseroan mencatatkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 170 persen, yang mencerminkan modal yang kuat untuk mendukung ekspansi tahun-tahun mendatang.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version