Menu
in ,

Memasuki Endemi Ekonomi Indonesia Tumbuh 3,6 Persen

Pajak.com, Jakarta – Memasuki endemi di tahun ekonomi Indonesia Indonesia tumbuh sebesar 3,69 persen. Pencapaian ini juga jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi perekonomian pada 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih baik daripada beberapa negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia (3,1 persen), Vietnam (2,58 persen), dan Thailand (1,6 persen). Tingginya harga komoditas global berdampak positif pada ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sepanjang 2021, nilai ekspor Indonesia mencapai 231,54 miliar dollar AS atau meningkat sebesar 41,88 persen dari periode yang sama tahun 2020.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, melandainya kasus COVID-19 serta relaksasi kebijakan pembatasan sosial menjadi alasan utama melesatnya dunia usaha di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas konsumsi dan retail yang sejalan dengan mobilitas masyarakat yang semakin tinggi.

“Ini ditandai pula oleh meningkatnya indeks keyakinan konsumen Indonesia yang berada di atas angka optimis, dan selama enam bulan berturut-turut, pencapaian Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia tercatat di atas 50 atau berada di level ekspansif,” jelas Suahasil dalam laporan Asian Insights Conference 2022 Bank DBS Senin (21/3/22).

Pada acara yang mengangkat tema “Economy and Environment: Towards a Revolutionary Future” itu Suahasil menyampaikan, dengan meningkatnya angka pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun 2021, target pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 pun ikut meningkat menjadi 5,2 persen year on year (yoy). Sementara angka inflasi nasional diharapkan masih tetap terkendali pada tahun ini. Meskipun demikian, pemerintah harus tetap mengawasi kenaikan harga di tingkat internasional untuk menjaga kestabilan angka pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pemerintah juga harus mulai melakukan konsolidasi berkelanjutan melalui perbaikan penerimaan pajak dan perbaikan strategi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) agar lebih efisien dan tepat sasaran.

Pada acara yang sama, Wakil Ketua Umum Kamar dagang dan Industri (Kadin)  Shinta Kamdani mengatakan, COVID-19 masih menjadi prioritas utama yang perlu penanganan khusus. Namun, ia optimistis akselerasi perekonomian di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan dapat dicapai melalui keberhasilan transisi pandemi ke endemi. Masyarakat Indonesia diharapkan dapat mulai bersiap untuk hidup berdampingan dengan COVID-19.

“Adanya pembatasan pergerakan menyebabkan penurunan perekonomian di Indonesia pada awal pandemi COVID-19, tetapi saat ini indeks manufaktur sudah mulai pulih. Sejak 2020, industri manufaktur sudah meningkat dan mulai ekspansif. Setiap industri akan mengalami pemulihan dengan kecepatan yang berbeda-beda, tetapi akan ada perubahan sedikit demi sedikit dan berangsur pulih,” kata Shinta.

Shinta menyampaikan, meskipun pasar di Indonesia sudah mulai berangsur pulih, banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang gulung tikar akibat dari pandemi COVID-19. Padahal, sebanyak 95 persen dari pelaku usaha di Indonesia merupakan UMKM. Untuk itu, pergerakan UMKM merupakan kunci dari sinyal positif perekonomian di Indonesia. Saat ini, pemerintah RI bersama Kadin berfokus pada pengembangan UMKM agar dapat berekspansi menjadi lebih kompetitif di pasar global dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dengan menitikberatkan pada kemitraan dengan UMKM. Kunci dari keberhasilan ini dapat dicapai melalui UU Cipta Kerja.

“Melalui kebijakan ini kita dapat mengembangkan upstream dan downstream secara cepat, karena kebijakan ini dapat menarik investor ke Indonesia yang nantinya akan membuka peluang yang lebih besar bagi pelaku ekonomi untuk mengakselerasi bisnisnya, dan membantu menggairahkan perekonomian nasional,” ujar Shinta.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version